CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

ramadhan berlalu

Empat hari lagi Lebaran tiba. Bagi yang punya kampung halaman, pikiran pasti sudah mudik, mudik, dan mudik. Membayangkan bertemu orangtua dan sanak saudara. Sungguh menyenangkan. Yang tidak menjalani ritual mudik tahunan barangkali juga gembira. Membayangkan lepas dari bulan Ramadan. Bebas dari menahan rasa lapar dan dahaga serta berhubungan suami istri di siang hari
Libur panjang atau cuti bersama bagi para pegawai juga membuat kita ingin segera keluar dari Ramadan. Intinya, kita saat ini sedang menghitung hari menuju hari kebahagiaan, Hari Raya Idhul Fitri. Kita pun sibuk membeli kue Lebaran, baju baru, mengecat rumah, dan persiapan ini dan itu.
Berbeda sekali dengan sikap dan para orang saleh terdahulu. Mereka bersedih hati ketika melepaskan Ramadan. Ali bin Abi Thalib RA, misalnya. Ketika malam penghabisan atau Ramadan, beliau berwajah cemas. Dengan berlinang air mata, Ali menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang mengharu biru.
"Wahai dapatkah kiranya aku mengetahui siapakah gerangan orang yang telah pasti diterima amalan puasanya, supaya aku dapat mengucapkan selamat berbahagia kepadanya? Dan siapakah orang-orang yang bernasib malang, karena tidak diterima puasanya oleh Allah, supaya aku dapat menghibur hatinya?"
Ibnu Masud RA juga melakukan hal serupa. "Wahai saudaraku yang telah pasti diterima amal puasanya, selamat dan ber-bahagialah dirimu. Dan wahai saudaraku yang ditolak amal puasanya, aku turut berdoa semoga Allah akan menutup bencana yang akan menimpa dirimu."
Ada beberapa alasan mengapa para sahabat bersedih hati. Pertama, Ramadan bulan penuh keutamaan dan kemuliaan. Setiap muslim tentu berharap setiap bulan adalah bulan Ramadan. Supaya dapat terus mendapatkan kebaikan-kebaikan-nya. Pahala dilipatgandakan, dosa diampuni, dan ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Kita juga menjadi lebih sabar, dapat menahan amarah, mampu mengendalikan diri, serta terbiasa melakukan hal-hal yang baik. Salat taraweh, mem-baca Alquran, dan Qiyamullail.
Namun, ketika Ramadan pergi, keutamaan-keutamaan itu pun pergi. Orang yang sangat memahami keistimewaan bulan suci ini, jelas saja bersedih hati. Sebab, belum tentu dia bisa berjumpa dengan bulan yang di dalamnya diturunkan Alquran ini pada tahun depan. Entah karena sakit atau dipanggil ke pangkuan Allah SWT.
Kedua, kesedihan itu bermuara kepada ketakutan yang sangat akan tidak diterimanya amal-amal itu. Ramadan dapat dinikmati. Tapi, diterimanya amal belum pasti. Para sahabat khawatir tentang kualitas puasanya apakah sekadar menghapus kewajiban? Mereka juga khawatir terhadap sedekah, apakah karena dikatakan dermawan? Begitu pula dengan salat malamnya, tadarus Alquran, dan amal kebaikannya yang lain. Mereka khawatir jika amal yang telah dilakukan itu tercampur dengan rasa pamer dan kesombongan. Jika demikian,maka hanguslah amal-amal itu.
Apa yang disebutkan Rasulullah SAW bahwa, "Pertama kali yang dihisab pada hari kiamat adalah tiga golongan manusia. Pertama, seorang yang mati di medan jihad. Kedua, pembaca Alquran. Ketiga, seseorang yang gemar berinfak. Jenis golongan manusia ini, Allah SWT campakkan ke dalam neraka. Sebab, mereka beramala bukan karena Allah SWT, melainkan sekadar mencari popularitas." (HR Muslim).
Para sahabat Rasulullah SAW ketika enam bulan selepas Ramadan mereka berdoa, "Ya Allah terimalah puasa dan amalan kami di bulan Ramadan." Setengah tahun berikutnya mereka berdoa, "Ya Allah, sampaikan umur kami hingga kami menjumpai Ramadan."
Ya, karena mereka tahu tentang penting dan berharganya bulan Ramadan. Mereka juga sangat mencintai Ramadan. Bagaimana dengan kita? Bersedih atau berbahagia? (*)

3 ulasan:

  1. Boleh kah saya tahu apakah hadis yg mengatakan ( Ali bin Abi Thalib RA, misalnya. Ketika malam penghabisan atau Ramadan, beliau berwajah cemas. Dengan berlinang air mata, Ali menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang mengharu biru. "Wahai dapatkah kiranya aku mengetahui siapakah gerangan orang yang telah pasti diterima amalan puasanya, supaya aku dapat mengucapkan selamat berbahagia kepadanya? Dan siapakah orang-orang yang bernasib malang, karena tidak diterima puasanya oleh Allah, supaya aku dapat menghibur hatinya?") ? Mohon maaf.

    BalasPadam

komen betul2 eh...